Diary of Vaxx

Waktu Menunggu di pagi hari untuk vaxx, ada intimasi sosial bisa ku katakan saat di Puskesmas, pertama para pemeran Nakes berusaha merapikan barisan yang mengantri, mengambil nomor antri, setelah dapat nomer, masing - masing isi formulir, di bagian sini aku beruntung ketemu para strangers yang berasa udah familiar dengan lingkungan Puskesmas.

Bapak - bapak bercerita "Kalo bukan suruhan istri ku ni, pegi ke Jakarta tak kan lah kamek nak dapetkan vaksin, ini demi kebaikan keponakan jak ni di jakarta, kite bah masyarakat ni macam dikendalikan jak" dengan logat melayu kuat Pontianak-nya, baju ala anak Hawaii yang bisa aja baju tidur, celana pendek, sendal.

Kami tak sengaja ikut terdengar, dengan pria muda, sama sama berpakaian rapi, hanya mendengar senyum senyum, kami sama sama juga menangkap cakap bapak sendiri. Aku coba merespon "Kite bah masyarakat diribetkan.." Nah si bapak tambah membara "Nah betul tu, kasian bah masyarakat bawah yang nak berurusan tu, tambah anttigen, pcr, ehh tak ngerti lah kamek".. pria muda rambut sedikit gerondong, fit, juga ikut merespon dengan suara pelan.

"Kau nomor antrian berape" pas lagi denger orang Nakes melantangkan nomor "Aku 24..." Bapak itu saling cek kita berdua, "Ahh agak lama kau tu, kite 13 14... " Walau bapak tu agak argumen soal vaxx, semangat juga dapetin nomor vaksin duluan, pokoknya dia lah yang gayanya paling nyantai. "

Mereka pergi duluan untuk Screening ya aku mendengar opini seorang ibu ibu, sambil duduk di pinggiran tanaman Puskesmas "Seharusnya kalo kita udah daftar onlinee begini, kenapa harus isi isi lagi mengantri. " Ibu ibu ya kalau soal argumen, paling tidak bisa tahan deh kalo ada yang menggangu situasi mereka, ceritalah di antara mereka berdua".

Tiba nomor antrian ku 24.. kali ini orang Nakes-nya siapin Mic, biar yang ngantri pada ga ngantuk telinga-nya, "Sini bang tangannya... " untuk cek tensi. Pas pula, ada orang dinas kesehatan lagi dokumentasi, aku jadi bahan foto juga buat mereka, ya tak apa apa lah, jadi terkesan positif lol. "Sekarang cek suhu yee bang.." Tiba tiba merah alat screen-nya tu "Suhu abang 37,5 ni.. panas k badan?" Kaget juga mendengarnya "Ga sih, normal".. Untung-nya orang Nakes masih lanjutin tahap berikutnya.

Bisa aja aku belum sarapan, hanya dua sendok Oatmeal dan secangkir kopi pahit. Ga stabil memang, menuju Screening, beberapa pertanyaan mendalam, seperti alergi dan pengalaman tubuh sebelumnya, bersama dua orang Nakes, menggunakan seragam hijau, berbeda seragam mereka.

Terus menuju bagian observasi dulu, ku kira ini emang tahap berikutnya, ternyata justru suntik dulu seharusnya. Karena waktu itu Vaksin-nya emang belum siap. Ehem, terus terang, wanita Nakes yang di bagian Observasi, cantik, walau pakai masker tu, aku juga terkesan dengan dia, waktu dia memanggil seseorang karena berkas ada yang salah.. ya Allah.. lantang suara-nya "Antrian nomor bla bla... Ini nama-nya ga ada, antrian ini/..". Ini yang hebat dari orang Nakes, para pasien-nya pada tunduk terhadap mereka, karena mereka terbiasa makan dengan layanan intensitas seperti ini.

Sambil menunggu orang yang menghandle vaksin, ketemu lagi si bapak dan pria muda, senyum senyum ga nyangka berada di posisi yang sama, padahal antrian ku agak jauh tu "Nahh.. belum datang pula vaksin nye tuu.. dah lah, suntik Sabu Sabu jak kite ni" bercanda gurau saat ketemu dia, aku meluruskan maksudnya "Sabu Sabu makanan Thailand k.. " Ketawa, sambil memperhatikan orang - orang yang mengantri dari jauh, ngumpul dengan tukang parkir Puskesmas, aku masih memikirkan kenapa suhu sedikit tinggi, sebelumnya ga pernah begini, apa karna hari panas, apa aku sedikit nervous, ya udah tak lama aku beli botol air mineral di dekat warung situ kan, seharusnya yang dekat Puskesmas, apalagi musim vaksin begini, bisa bikin jual sesuatu.

Aku ingat ketua panitia Nakes-nya, Ibu Ibu negasin "Yang belum sarapan, silakan sarapan dulu ya.. di bawa santai aja". Sayangnya ga ada tempat sarapan sekitar situ, hanya prospek rumah rumah properti baru, sedang dibangun.. Tapi boleh juga cek perumahan situ, lumayan untuk hadiah calon Istri ku. Aku juga pikir, daerah Puskesmas ini seharusnya bisa lebih hijau lagi, lumayan juga panas di situ, biar kesan-nya segar gitu lho. Karena dalam sepuluh dua puluh tahun Puskesmas selalu tetap layanan masyarakat kan.

Finally mba kakak Vaksin nya udah datang, bawa keranjang beroda, dengan tempat - tempat vakum nya, alat - alat suntik serta tempat sampah, aku berusaha berada di pos suntik-nya, soal-nya kakak ini manggil giliran, agak kecil juga suara-nya.

Dapet injeksi, ditunggu 15 menit dulu, hebatnya bisa sinkron dengan mba bagian Observasi, aku juga sedikit penasaran dengan mba cantik Observasi, dia bikin tabel garis gitu di draft-nya ada nama masing - masing pevaksin, sambil menulis kartu Vaksin, dia monitor di iPhone-nya, sambil chat - chat juga, aku sedikit terkejut juga, karena di formulir ku, aku hanya nulis umur-ku, tapi di kartu vaksin nya ada tanggal lahirku... Wah ngeri juga, mba mba Obsrvasi-nya ni, punya data-ku, sekalian aja catat nomor hape ku mba.

Nama ku dipanggil sama si Nakes cantik, "Ada complain bang... tanggal sekian ya vaksin kedua"..

Aku mengapresiasi "Terima kasih ya ka"

🙏🙏🙏

Thanks for reads, hope you enjoyed it, sharing this article on your favorite social media network would be highly appreciated 💖! Sawernya juga boleh

Published