Ketika Kreator jadi Komoditas

Saya suka membaca tulisan tulisan tentang Internet Culture, kritik sosial media, apa hubungannya dengan masyarakat kita, salah satu favoritku dari Terry Nguyen, kritikus internet, cukup terkenal dan tulisannya personal aja kalau di baca

Yes, the internet is amazing! It has allowed millions to pursue inconventional, independent careers

But that doesn't change the capitalist rulebook its abides by, which has increasingly demanded more opportunities for profit from users, who aren't always fairly compensated.

Jadi Internet membuka peluang segala bidang, terutama untuk para kreator dan para pengusaha independen. Masing masing punya jalan sendiri dan nasib, gimana konten buatan nya bisa jadi segudang peluang. Hanya saja itu tidak mengubah aturan yang megang industri ini, untuk memanfaatkan profit dari users mereka, yang biasa-nya profit margin untung bersih-nya gak fair.

Everything is content is commodity. Platforms are setting aside "creator funds" to incentivize users to post with the promise of monetization. Soon, there will be a little point in posting for free when you can profit from platforms, other users, or brands - if not all of the above.

Sejak Instagram meluncurkan aplikasi teks-style seperti Twitter, bernama Threads, seminggu kemudian Elon Musk mencuit Twitter sudah bisa mencairkan uangnya untuk para Creator yang langganan Twitter Blue, sharing program, berdasarkan traffic interaksi iklan. Ini sudah jadi prediksi mba Nguyen, yang tulisan-nya publish tahun 2021, zaman zaman-nya pandemi

To be person on the internet (anonymous, semi-anonymous, or fully known) is to succumb to the workings of the attention economy, originally dictated through the social currency of likes, follows, shares, and comments.

Now, money has been thrown explicitly into the equation.

Jadi sosial media sekarang sudah, di-desain jadi landscape-nya creators. Ketika creators jadi vendors memproduksi konten, partner bisnis iklan tertarik dengan data engagement dan attention-nya, jadi ladang keuntungan iklan yang jenuh

Social networks have convinced our FOMO-induced brains that there's little satisfaction in exciting as a shapeless form online, without an identity tied to a landing page or profile.

Berusaha berlomba lomba ingin tampak menarik di atas halaman profil, mungkin Instagram selama ini hanya panggung teater, jadi penikmat wahana kehidupan pengguna dan creator.

Source: "Real" personhood - gen yeet

Published