Rabu, 13 Oktober 2021
Kamu tahu kan, Menteri Keuangan kita, Ibu Sri Mulyani menaikkan PPN sebesar 11% tahun depan.
Walaupun tidak ada hubungannya dengan budaya minum kopi, tetap saja setiap pesan minum masih beserta 10%
Pajak restoran itu ya, tipe pajaknya
Sejak itu aku mulai sadar, aku ga bisa lagi terbiasa coffeing lifestyle di luar, secara ga sadar, dalam mingguan aku, pengeluaran bisa memakan masa depan ku.
Aku memesan kopi, prefers classic, Americano tanpa gula. Rata - rata harganya 20ribu per gelas, ditambah 10%, kelihatan kecil total-nya, budaya kita sekarang, lebih asik lebih bersuasana minum kopi di luar. Nama - nama menu kopi sekarang memang nelan, "V60", "Chemex" atau "Browny Sugar Coffee", "Sweet Vanilla Coffee"
Coffee atau Non-Coffee, Chocolate, Red Velvet, Green Tea, tetap 10%. Apapun rasanya, di mana pun tempat Barista sedang mengelap mesin Espresso-nya.
Seolah olah your lifestyle is good, happiness is about Coffee, kamu masih jauh dari realitas, terlena di dunia coffee modern, itu berarti kamu termasuk kontribusi harian pajak pemerintah daerah kita dan masih menikmati masa enak sekarang.
Aku kopi bubuk-an aja deh, beli Nescafe dua bungkus bubuk kopi total-nya Rp 30ribu lebih plus ppn, bisa dapat 2 minggu minum pagi tiap hari, tergantung takarannya.
Coba bandingkan, pengeluaran setelah satu bulan tidak minum kopi di luar, termasuk pengeluaran BBM setiap ke Cafe favorit kamu. Terasa beda.
Mulai sekarang, ada dua pilihan, biasakan nikmati kopi di rumah aja kalau ga ada urusan penting untuk teman diskusi atau cari Cafe yang belum menerapkan pajak di transaksi receipt kamu
Pria Sekarang dan Dulu #
Jumat, 15 Oktober 2021
Pria dulu, seorang mechanic yang bisa betulin aja, dari transmisi mobil, mengecek mesin motor, membangun mesin pesawat rumahan, naik ke tower tingkat 20 hanya membangun kerangka bangunan dengan celana jeans biru, tukang pipa yang bahkan betulin kloset tetangga-nya, petani yang terbiasa bejemur untuk investasi cucu-nya, yang bisa membangun rumah sendiri tanpa pria lain, yang bisa membantu membangun rumah untuk pria lain, terbiasa bekerja di tanah. Seorang kreatif seperti banker, CEO dan advertising, enginner dengan gaji tinggi, stress tinggi dengan istri yang menunggu di rumahnya, potensi selingkuh malam malam dengan siapa, tapi perhatian dengan anaknya dan bergaya elegan juga leadership tinggi.
Pria sekarang, complain dengan kerjaan kantorannya, menghabiskan malamnya bermain game, suka cari perhatian di sosial media, hingga bucin buka akun di Tinder dan akun apa saja, drama junkie, anime junkie, korean junkie, bahkan utang junkie, tak bisa konsisten dengan pekerjaannya, suka berambisi merasa lebih tinggi tapi tak bisa ngapa ngapa, mulutnya aja yang besar, komitmennya beda, suka menghabiskan uang demi culture lifestyle junkie, suka berperasaan, obsessive padahal realitas-nya biasa saja, lebih pintar dari generasi dulunya.
Aku terbawa suasana, oleh penulis jurnalis siapa, bahwa pria sekarang sudah krisis maskulin, tidak ada kualitas, prinsip dan kedewasaan
Betul pria lembek lembek yang eksis di TikTok, aku pikir ya
"Pria dulu depresi karena perang dunia terjadi, pria sekarang depresi karena hidupnya."
"Pria yang dulunya dikenal sebagai master of the universe, dan ternyata dalam dirinya master of nothing"
Jika Masih ada pria seperti dulu di masa sekarang, berarti mereka masih menang, kuat dan percaya diri.
Lebih Baik Tidak Tahu #
Senin, 18 Oktober 2021
Saat kamu tidak tahu sesuatu, you asking questions
bertanya bertanya, mulai tebak - tebakkan, bikin pernyataan konyol, menghubungkan sesuatu yang tahu sebelumnya menjadi tahu
Imajinasi bermain, hingga kamu menulis nya di diari kamu sebelum tidur, bahkan kamu mengingatnya pertanyaan itu lagi sebelum kamu mandi sarapan.
Kamu cari suggesti, cari opini lewat teman, teman mencarikannnya untuk kamu jawabannya, teman memperkenalkan kamu seorang teman, bahkan bisa potensi teman baru atau jodoh
Kamu berharap jawabannya datang, selama kamu langganan koran, beli majalah atau buku yang tidak di sangka - sangka kamu baca dua tahun ke depan, kamu kembali ke pertanyaan yang kamu tulis di diari, yang tak lama kunjung dibuka.
Tiba - tiba Internet eksis,
Saat kamu tidak tahu sesuatu
Kamu buka browser, cari di Google
That's it, here's your search results...
Udalah pulang aja, tiba - tiba ga seru, I'm leaving...
Mimpi Buka Toko Grosir #
Rabu, 20 Oktober 2021
Aku selalu terbayang buka toko grosir, general store, mungkin karena dulunya aku pernah bermimpi punya toko buku
Bisa ketemu pembeli dari berbagai kalangan, bisa tahu masing masing selera orang, punya bisnis sendiri dengan jualan harian,
Berdiri dan duduk di depan mesin kasir atau meja jaga, posisi produk - produk cigarettes di bagian belakang, permen karet di depan dan beberapa sticker komunitas atau sticker opsi pembayaran, terima jual pulsa atau kuota, di bagian kanan dekat pintu masuk keluar toko, ada buku buku majalah edisi terbaru, di bagian kiri kasir ada, kulkas minuman terutama minuman soda, ya kalau boleh Beer juga yang merasa pembeli bawa KTP.
Setidaknya aku bisa berinteraksi dengan orang lain, kalau pengen menarik perhatian para pekerja, tambah mesin kopi di dalam, buat sendiri dengan papercup.
Kenapa toko grosir? Pertama orang butuh essential untuk memperkaya hidupnya, sekarang saja masyarakat yang lagi pengen hangout, mereka butuh modal, kopi, gula dan cigarettes. That's essential. Para pemuda yang tengah kelaparan malam, cari Mie Instan, Ramen, bisa bikin sendiri di toko grosir ku. Tanpa sadar, aku sudah memberi solusi setiap manusia untuk memenuhi jasmani rohani-nya. Ibu ibu yang sibuk dengan anak bayi-nya, beli tisu basah, dengan konsumsi dua minggu, kembali lagi dengan harga yang sama.
Yang bukan perokok, aku masih banyak pilihan makanan minuman dengan penyedap yang bikin kita menghilangkan masalah sejenak, teman snack untuk diri kita berpikir sambil mencari solusi, tapi sayangnya tidak ada orang sambil makan Oreo untuk refleksi diri, minimal pasti teman nonton.
Oke, sebagai pemilik toko grosir, aku hanya pembawa pesan saja dari produser produser lokal dan ibu kota, surga-nya produk budaya instan dunia modern, jika produser produser langsung yang menawarkannya, calon pembeli masih punya opsi untuk menolak karena bukan dalam keadaan sedang butuh. Toko grosir eksis, bukan maksud untuk menawarkan, aku hanya berjaga di balik tirai dan menjaga kotak cigarettes, saat pembeli datang ke toko grosir, insting manusia beserta nafsunya sangat cerdas dalam pilihan kebutuhan siang malam-nya. Dengan mood masing masing, dari lapar ke kenyang, dari kotor jadi bersih, dari hampa menjadi senang, dari sederhana menjadi rakus, saat kamu keluar toko grosir itulah permintaan pembeli untuk mengubah mood-nya.
Berbeda dengan bagian majalah buku dan koran, hanya untuk pembeli yang penasaran, untuk menghiburi diri mereka, untuk mencari informasi pekerjaan, untuk belajar suatu kemampuan, tak mau ketinggalan informasi pemerintah kota-nya.
Toko grosir, bukan bisnis sampingan atau usaha kecil kecilan. Ini usaha yang punya kaya cerita
Itulah kenapa, aku selalu punya mimpi buka Toko Grosir.
Tambahan untuk orang - orang yang pengen merasa sehat dari Buah dan Sayuran. Aku harus menambah crew di toko-ku, takut-nya ga ada yang perhatian kalo ga segar lagi
Catatan: bisanya pakai kata Cigarettes, kalau rokok itu termasuk verb, cigarettes adalah noun seperti film - film di hollywood.
🙏🙏🙏
Thanks for reads, hope you enjoyed it, sharing this article on your favorite social media network would be highly appreciated 💖! Sawernya juga boleh
Published
